Selasa, 10 Agustus 2010

cerpen Sumpah Menjemput ajal...(isengiseng..haha)

Plok..plok..plok…plokk…suara gemuruh tangan memecahkan ketenangan saat upacara hari Senin tanggal 6 Juli itu berlangsung. Yah, saat itulah Wijaya Rahman Maulana resmi terpilih menjadi ketua OSIS, setelah sekitar seminggu menunggu hasilnya. Tetapi itulah awal kesuraman dari semua yang akan terjadi. Terlihatlah dihadapan, seseorang bertampang kemenangan, tingkah berwibawa, dengan langkah yang tegap dan pasti. Dan diucapkanlah janji sebagai ketua OSIS yang baru.

1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Bertanggung jawab atas program OSIS

3. Mampu memajukan sekolah

4. Dapat membawa siswa – siswi menjadi lebih baik

Tertegun hatinya saat mengucapkan janji terakhirnya “ Dapat membawa siswa-siswi menjadi lebih baik” rasanya sulit sekali baginya untuk menjalankannya, karena seperti diketahui ada 926 siswa yang bersekolah di SMA Budi Luhur ini. Tapi Wijaya tetap teguh pendirian dan bersedia menjalankan amanah yang diberi sekolah kepadanya, seberat apapun.

Saat langit masih berwarna kuning kemerahan tanda matahari masih berada di dalam sangkarnya , aku sudah melihat Wijaya berada di sekolah dengan tas ransel hitamnya. Aku merasa janggal dihari ini, tak biasanya aku melihat sekelompok burung pemakan bangkai terbang terus menerus mengitari lingkungan sekolah ini. Ada apa ?? Tanya ku….

”Bu!!”seseorang mengejutkan dari lamunanku

“hmm,ya ada apa??jawabku bergetar”

“aku mau minjem sapu, dong ada ga?”,

“iya, ada ambil aja nak di gudang”

“ooo, makasi ya bu”

“Iya, sama-sama nak!”

Aku rasa Wijaya adalah anak yang bertanggung jawab, bayangkan pagi-pagi seperti ini dia pergi ke sekolah hanya untuk sekedar membersihkan ruang-ruang kelas. Terlihat diraut wajahnya beban berat yang sedang dipikulnya.

Pukul 13.30 tepat bel listrik berbunyi kencang tanda berakhirnya jam pelajaran pada hari ini. Wijaya dan sahabatnya Radit keluar kelas dengan canda tawa di antara mereka. Kebetulan sekarang adalah hari selasa ,jadwal ekskul bagi Wijaya, Radit, Azara dan teman-teman yang lainnya, seperti biasa mereka makan siang di kantin sejahtera.Aku melihat Wijaya dengan nafsu makan yang tinggi dan sorot matanya yang selalu terarah pada seorang siswa yang terkenal akibat kenakalannya.

“Heh,, ya ayo kita ke ruang 14, kita kan mau ekskul” ajak Azara

“Kamu ma Radit duluan aja deh, aku masi mau jajan” jawab Wijaya

“ya, udah kita duluan ya. Cepetan ya jajannya!”

Dan mereka pun berlalu……

Wijaya dengan sikap kewibawaannya datang menghampiri Galang yang saat itu sedang menyuntikan tangannya sendiri dengan narkoba di sudut kantin. Dia kemudian mencoba menasihatinya, akan tetapi Galang membalasnya dengan bentakan, kemudian ia mencoba mengerasinya dengan ancaman hukuman, akan tetapi ia menantang. Wijaya bingung harus berbuat apa lagi, di kepalanya terus menerus terngiang janji suci yang ia bacakan kemarin. Nekat ia menggusurnya ke WC sendirian dengan tangan kosong, dan melihat kepala Galang di masukkan ke dalam bak mandi selama beberapa menit sampai nafasnya terengah-engah. Sontak aku langsung memergoki Wijaya yang berusaha membunuh Galang,tapi ia semakin gila. Ia mengambil suntikan yang Galang pakai tadi dan menggoreskannya ke tubuh Galang hingga darah memuncrat kemana-mana, sampai terdengar rintihan pelan kesakitan dari bibirnya. Sungguh, aku tak sempat menahannya, gerakannya sangat cepat secepat peluru mengenai mangsanya.

Kejadiaan itu sungguh mengiris perasaanku sebagai wanita. Baru kali ini aku melihat pembunuhan yang begitu jelas dan langsung terjadi didepan mataku. Seketika terjadi kedinginan antara aku dan Wijaya, aku tak tahu harus berbuat apa aku hanya bisa diam membisu di dalam ketegangan. Wijaya pun pergi berlari kencang meninggalkanku sendiri didalam ketakutan. Aku yakin ada sesuatu yang membuatnya berubah jadi seperti ini. Jika melihatnya aku selalu teringat dengan anakku yang kini sudah pergi karena kanker hati. Sungguh, aku ingin membantunya keluar dari masalah yang kini ia hadapi.

Di Ruang 14…

“Hei, dari mana aja kamu udah beres tau!!!!” marah Azara

“mmmmm……” respon Wijaya dengan tangan dan bibir gemetar.

“Kamu kenapa?, eh anter aku ke WC yu aku kebelet ni” kata Radit

“JANGAN!!!”,

“hah kenapa,, kamu aneh banget sih hari ini! Ya uda aku minta anter aja sama kiki”

Wijaya pergi ke belakang sekolah dekat rumah gubukku, aku melihat ia menangis sambil melihat tangannya yang gemetar. Aku datang menghampirinya dan bertanya kepadanya sebenarnya apa yang membuatnya bisa melakukan hal seperti itu yang tentunya dengan melakukan pendekatan terlebih dahulu,dan ya akhirnya dia membuka mulut , ia melakukan hal seperti itu karena tanggung jawab yang begitu besar membawa para siswa menjadi lebih baik, tapi karena Galang itu sangat keras kepala ia terbawa emosi dan terdorong untuk membunuhnya. Sungguh sebenarnya ia tidak bermaksud seperti itu.

Wijaya menginap di gubuk tuaku karena takut untuk pulang. Dipagi harinya dia sudah bersiap untuk membantuku membersihkan sekolah. Tiba-tiba datang dari kejauhan Radit dan Azara dengan wajah penasaran. Wijaya langsung bersembunyi dibelakang gubuk dan berkata “apabila mereka menyakan kejadian kemarin, ibu jawab saja dengan jujur”. Mereka pun menanyakannya, dan aku menceritakannya panjang lebar sampai mereka merasa jelas. Walaupun mereka terlihat kecewa, tapi mereka ingin menghibur sahabatnya.

Dan saya memberi tahu mereka keberadaan Wijaya. Sigap mereka menemuinya.Dibukalah pintu yang tersusun dari triplek-triplek bekas tersebut. Dan runtuhlah tubuhku, Azara, dan Radit melihat Wijaya yang sudah tergujur kaku di pojokan kamar kecil itu. Ia melukai dirinya di bagian leher dengan sabit yang biasa aku pakai untuk membabat rumput dan mengepal memegang kertas,yang isinya “ Aku telah melaksanakan sumpah dan tanggung jawabku atas sekolah ini walaupun hanya 3 hari ,dengan terbunuhnya Galang oleh saya, saya sadar telah melakukan kesalahan dan perbuatan yang benar-benar tidak terpuji ,oleh karena itu saya membunuh diri saya sendiri karena saya tidak mampu merubah diri saya menjadi lebih baik lagi justru lebih buruk. Katakan pada keluarga dan sahabat-sahabat aku baik-baik saja……”

Tanggung jawab adalah sebuah amanat yang terlahir dari sebuah kepercayaan .Jangan berkhianat . Janji suci menjadi sanksi bisu . Keterbukaan , jujur, proses, ikhlas ,kerja keras merupakan kunci emas untuk melepaskan rantai-rantai pengekang jiwa........


hahaha :)))